Jesus Christ

Saturday 7 April 2012

Pendapat Eka Jalan Menuju Ke Surga

Jalan Menuju Ke Surga
Cerita EKA
Mamak sedang membuka-buka album foto yang berisi potongan-potongan kenangan pada saat berziarah ke Israel awal tahun lalu ketika saya datang mengunjunginya. Begitu melihat saya, sontak mamak pun jadi bersemangat dan mulai menceritakan (lagi) perjalanan ziarahnya itu dengan berapi-api. Saya tersenyum mendengarkan seluruh ceritanya, cerita lawas yang terus diulang kapan saja mamak mau. Tapi saya tidak pernah bosan mendengar ceritanya, bukan karena mamak begitu pandai bercerita sehingga saya terhibur, bukan itu. Tapi karena momen-momen mamak bercerita seperti itu adalah momen berkualitas (quality time) yang kita tidak pernah tau sampai kapankah bisa menikmati privilege itu. Usia kan tidak ada yang bisa menebak, jadi selagi bisa maka saya berusaha meladeni mamak saya walaupun (lagi-lagi) harus mendengarnya bercerita suatu hal yang telah ribuan kali kita dengar ;)

.
Setelah ratusan lembar foto dibuka dan dijabarkan ceritanya, tiba-tiba mamak pamer kalung barunya yang ia beli di Tel Aviv. “Ka, cantik kan kalung salib yang mama beli?” Sambil melirik ke kalung emas putih itu saya mengangguk tanda menyetujui pernyataannya. Namun tanpa sadar bibir ini bergumam, “Apakah kalung salib itu adalah jalan buat kita menuju ke surga?”. Ooops, sebelum mamak bingung dan membuat saya harus membelikannya berbagai macam makanan sogokan, cepat saya berkata, “Never mind mom, my mind is just wandering around.” :mrgreen:
Tapi memang pikiran saya melayang-layang. Betapa sering kita mengenakan simbol-simbol khusus seperti kalung dengan liontin salib atau menempelkan stiker bernada religius di mobil, dsb. namun kehidupan kita sendiri tidak mencerminkan Kristus. Buat saya mengenakan simbol-simbol kerohanian tersebut menuntut tanggung jawab dan teladan hidup yang besar. Jangan sampai orang lain yang melihat kita lantas memberikan stigma jelek secara general karena satu kesalahan minor yang kita perbuat. Jangan sampai kita menjadi batu sandungan bagi orang lain!

.
Gampangnya gini deh, saya beri contoh ya. Pasang stiker di bemper mobil bilang, Jesus is The One. Tapi cara mengemudinya ugal-ugalan hingga membuat orang berkomentar, wuiiih orang Kristen koq gitu sih, hampir bikin celaka orang lain. Nah, itu kan tidak memberi teladan. Atau mengenakan kalung salib tapi memaki-maki orang lain dengan kasar tanpa belas kasih. Itu apa gak malu sama kalung salibnya? *oh iya, yang ini curcol banget :mrgreen: * Haha.
Saya tidak anti simbol-simbol religius lho ya, tapi jujur, saya agak jiper dengan tanggung jawab yang melekat seiring pemakaian simbol-simbol religius itu. Dan selama saya merasa belum mampu maka saya memilih untuk tidak mengenakannya. Buat saya Kekristenan itu bukan sekedar simbol salib, Kekristenan itu bukan sekedar berkata “Puji Tuhan”, “Syalom”, dsb di setiap kesempatan. Kekristenan itu adalah suatu gaya hidup mempraktekkan teladan yang telah Tuhan Yesus lakukan dulu. Kekristenan itu harus terpancar dalam tingkah laku, tutur kata, dan kebiasaan sehari-hari sehingga tanpa simbol-simbol religius pun orang lain dapat merasakan damai pada saat bersama dengan kita. Dan saya masih dalam proses, masih terus belajar untukmenjadi seorang Kristiani yang benar.
Hmm tumben ya saya bisa nulis serius seperti ini ;) hehe. Tenaang saya gak kesambet koq, saya sekedar membagikan apa yang ada di hati ini. Buat sobat CE yang Kristiani, selamat memaknai Jumat Agung dan merayakan kebangkitanNya (Paskah) pada hari Minggu nanti ya.

0 comments:

Post a Comment